BAB VI
METODE ABDUKSI DAN DEDUKSI
1. Pengantar
J. B. Conant mengatakan
dalam bukunya Understanding Science,
bahwa ilmu pengetahuan dapat dilihat sebagai kata benda maupun kata kerja.
Sebagai kata benda, ilmu pengetahuan merupakan hasil yang sudah jadi. Sedangkan
sebagai kata kerja, ilmu pengetahuan adalah proses yang melibatkan ilmuwan
dalam mencapai kebenaran, yaitu metode dan kegiatan yang dipraktekkan.
Tiga unsur dari
kegiatan ilmiah yaitu; perumusan masalah, metode ilmiah yang pragmatis sebagai
proses, dan jawaban sebagai hasil. Metode ilmu pengetahuan berangkat dari suatu
keraguan atau permasalahan yang kemudian akan dicari solusi atau jawabannya
melalui suatu metode ilmiah yang pragmatis.
2. Metode
Ilmu Pengatahuan dan Metode Berpikir Lainnya
Dlihat dari cara untuk
mencapai kebenaran, ada perbedaan antara metode ilmiah dengan metode-metode
lainnya, seperti method of tenacity,
method of authority, a priori method. Dengan metode ilmiah, orang dapat
mengajukan pertanyaan, mencari sendiri jawaban, dan menjelaskan jawabannya
dengan mengacu pada pengalaman tentang alam. Sedangkan metode lainnya tidak
demikian. Dengan method of tenacity,
seseorang tidak akan mengajukan pertanyaan apapun, sedangkan dengan method of authority seseorang hanya
mencari jawabannya berdasarkan otoritas, dan dengan a priori method seseorang dapat menjawab sendiri pertanyaannya
berdasarkan seler pribadi tertentu. Maka, hanya metode ilmiah yang mengajak
seseorang untuk mengajukan sendiri pertanyaan dan mencari sendiri jawabannya
berdasarkan pengalamannya tentang alam.
3. Metode
Abduksi
C. S. Peirce menyebut
abduksi sebaga semua proses yang terjadi dalam pemikiran ilmuwan.
a. Pemikiran
Pierce tentang abduksi
Awalnya
Pierce memandang abduksi sebagai suatu bentuk penyimpulan yang terdiri dari tiga
proposisi, yaitu hokum (rule), kasus (case), dan kesimpulan (result) yang dibentuk dalam suatu
silogisme hipotesisi yang terdiri dari premis mayor, minor, dan kesimpulan.
Jika A, maka B
Dan A:
Maka B
Namun
setelah tahun 1893, Pierce semakin sadar bahwa abduksi lebih dari sekadar suatu
bentuk logis. Abduksi merupakan tahap pertama dari penelitian ilmiah.
Dua
cirri abduksi menurut Pierce yaitu, pertama, abduksi menawarkan suatu hipoesis
yang memberikan eksplanasi yang probable,
yang berarti hipotesis tersebut bersifat kemungkinan atau dugaan. Kedua,
hipotesis itu dapat memberikan penjelasan terhadap fakta-fakta lain yang belum
dijelaskan dan bahkan tidak dapat diobservasi secara langsusng.
Imajinasi
yang brilian dan bebas menjadi bagaian penting dalam abduksi. Tetapi abduksi
tidak menjalankan fungsi kritis. Abduksi hanya menghasilkan hipotesis sebagai
pejelasan sementara, dengan memberikan suatu konjektur atau dugaan yang masuk
akal sebagai salah satu cara untuk memahami fakta. Maka, hipotesis yang ditawarkan
melalui abduksi merupkan suatu vague
ideas yang masih harus dibuktikan melalui induksi dan dedukasi.
b. Beberapa
syarat dalam pemilihan hipotesis
Syarat
yang paling penting dalam pemilihan hipotesis adalah bahwa hipotesis yang
dipilih dapat diverivikasikan secara eksperimental. Namun pertimbangan ekonomi
juga perlu diperhitungkan mengingat batas-batas financial dan waktu seorang
ilmuwan. Secara negative dapat dikatakan bahwa lebih menguntungkan memilih
hipotesis yang paling cepat dan mudah ditolak dibandingkan dengan sebuah
hipotesis yang memakan banyak waktu dan tenaga untuk diverivikasikan tetapi
belum jelas.
Syarat
lain menurut Peirce yaitu dampak positif dari hipotesis bagi ilmu dan nilai
hipotesis itu sendiri. Semakin baik suatu hipotesis, semakin luas dan mendalam
hipotesis tersebut. sedangkan mengenai nilai suatu hipotesis, hipotesis yang
baik adalah hipotesis yang bisa diuji, dan sekaligus juga yangs angat membantu
bagi perkembangan ilmu itu sendiri.
Hal
lain yang perlu dipertimbangkan dalam memilih suatu hipotesis adalah insting,
yang merupakan instrument yang lebih meyakinkan dibandingkan dengan semua
bentuk penalaran (reason).
c. Kesimpulan:
nilai teoretis fase abduksi
Pertama,
abduksi menghasilkan suatu proposisi yang mengandung konsep universal
(generalitas). Abduksi merupakan suatu proses penyimpulan dari sutau kasus tertentu
yang menempatkan suatu kasus tertentu dalam suatu kelas atau kelompok.
Kedua,
hipotesis abduktif dibentuk oleh imajinasi, bukan oleh penalaran kritis.
Seorang ilmuwan akan menggunakan instingnya untuk membuat suatu pilihan yang
ekonomis dan berguna ketika menghadapi begitu banyak penjelasan yang harus
diuji.
Ketiga,
proses abduksi menegaskan bahwa ilmu pengetahuan selalu berusaha untuk
menangkap orisinalitas realitas. Dan keempat adalah interpretative. Dalam arti
bahwa proposisi hipotesis yang berhasil dirumuskan dari cara pandang ilmuwan
terhadap fakta atau pengalaman.
4. Metode
Deduksi
Deduksi adalah proses
menarik prediksi-prediksi dari suatu hippotesis. Setelah memilih hipotesis,
maka selanjutnya menyimpilkan prediksi-prediksi ekperiensial dari hipotesis
tersbut, mencatat dan menyeleksi prediksi kemudian mengamati apakah prediksi
itu terjadi atau tidak.
Proses deduktif dalam
penelitian ilmiah harus berhenti dengan prediksi dalam bentuk jika-maka. Ini
berarti hasil dari pengujian tidak diketahui atau belum diketahui. Jad, fase
deduktif ini berakhir dengan perumusan prediksi yang ditarik secara logisdari
hipotesis eksplanatoris.
sumber :
Keraf, A. Sonny & Mikhael Dua. 2001. Ilmu Pengetahuan Sebuah Tinjauan Filosofis. Yogyakarta: Kanisius
Keraf, A. Sonny & Mikhael Dua. 2001. Ilmu Pengetahuan Sebuah Tinjauan Filosofis. Yogyakarta: Kanisius
Tidak ada komentar:
Posting Komentar