BAB V
MASALAH KEPASTIAN DAN FALIBILISME
MODERAT
1.
Masalah
Kepastian Kebenaran Ilmiah
Falibilisme adalah
suatu pengakuan dalam filsafat ilmu pengetahuan bahwa ilmu pengetahuan tidak
akan pernah memberikan suatu formulasi final dan absolut tentang seluruh universum.
Falibilisme adalah sebuah sikap kritis yang meragukan kebenaran ilmiah (ilmu
pengetahuan selalu bisa salah) namun sekaligus juga menganggap dan mengakui
kebenaran ilmu pengetahuan serta metode ilmu pengetahuan adalah satu-satunya
metode yang dapat dipercaya dalam menyampaikan pikiran.
Falibilisme lebih
condong kepada anggapan kaum empirisis bahwa ilmu pengetahuan tidak dapat
memberikan gambaran yang pasti tentang objek penelitiannya. Berbeda dengan kaum
rasionalis yang beranggapan bahwa kebenaran sebagai keteguha bersifat pasti
benar
2.
Filibilisme
dan Metode Ilmu Pengetahuan
Falibilisme ilmu
pengetahuan berasal dari dua sumber, yaitu sebagai konsekuensi dari metode ilmu
pengetahuan, dann dari objek ilmu pengetahuan yaitu universum alam.
Beberapa indikasi
metodologis dapat dilihat sebagai alasan dari falibilisme moderat, yaitu (1)
Peneliti tidak pernah merasa pasti dengan apa yang dicapainya sendiri; (2)
Fokus utama dari kegiatan penelitian ilmiah adalah verivikasi atas hipotesis,
yang mana selalu terbuka kemungkinan terjadi kekeliruan; (3) Karena metode
induksi yag digunakan pada metode ilmu penegtahuan selalu tidak lengkap; dan
(4) Setiap hipotesis pada dasarnya tidak pasti.
Maka, dengan
keempat alasan ini dapat dikatakan bahwa pengetahuan ilmiah itu tidak pernah
luput dari kekeliruan dan selalu terbuka pada kritik dan perbaikan.
3.
Falibilisme
dan Objek Ilmu Pengetahuan
Falibilitas pengetahuan
ilmiah, selain disebabkan oleh metode ilmiah, juga terjadi karena objek ilmu
pengetahuan yang real sekaligus juga berubah-ubah. Objek ilmu pengetahuan
adalah peristiwa-peristiwa alam. Namun alam sendiri tidak berada dalam kondisi
statis, melainkan selalu mengalami evolusi. Oleh karena itu, falibilisme atau
kesadaran bahwa ilmu pengetahuan selalu tidak pernah mutlak benar juga
didasarkan pada kenyataan bahwa alam selalu berkembang.
a. Realitas
objek
Objek pengetahuan dapat dikatakan real jika jika
mengandung tiga arti berikut. Pertama, yang nyata berarti lepas dari pikiran
manusia. Yang berarti bahwa realitas adalah sesuatu yang berada di luar diri
sendiri. Kedua, meskipun dunia real yang dipelajari ilmu pengetahuan bebas dari
pemikira manusia, namun realitas itu sendiri dapat dikatakan real jka memang
dapat dikenal. Maka, dunia yang real adalah dunia yang sekalipun berada lepas
dari pikiran manusia, namun sungguh-sungguh dapat dikenal oleh pemikiran
manusia. jika tidak, maka tidak aka nada ilmu pengetahuan.
Ketiga, realitas yang dibicarakan ilmu pengetahuan
adalah realitas public yang menjadi perhatian banyak orang. Yaitu bukan hanya
apa yang dapat dipikirkan oleh individu, melainkan juga yang memiliki dimensi
sosial sebagai objek dari penelitian bersama. Jika kebenaran pengetahuan ilmiah
tidak dapat dilihat sebagai kenyataan public, yang diterima dan disaksikan
public, maka pengetahuan akan menjadi pendapat pribadi yang tidak dapat
dipercaya.
Dalam hal ini, komunikasi dan bahasa memainkan
peranan penting, karena (1) dengan komunikasi para ilmuwan bisa saling membagi
informasi dan penemuan mereka; (2) dengan komunikasi mereka bisa saling
berdiskusi, saling mengafirmasi dan saling membantah; (3) dengan komunikas ilmu
pengetahuan, baik metode maupun hasilnya, dapat diwariskan dari satu generasi
ke generasi yang lain. Dengan demikian, jika ilmu pengetahuan hanya menjadi
milik pribadi tanpa bisa dikomunikasikan, maka belum bisa diterima sebagai ilmu
pengetahuan dalam arti yang sesungguhnya.
b. Evolusi
objek pengetahuan ilmiah
Pengertian
tentang evolusi objek menyangkut dua aspek. Pertama, objek pengetahuan ilmiah
selalu berubah sehingga pengetahuan yang yang kita capai, sekalipun sangat
akurat, harus ditinjau kembali. Filsuf-filsuf Yunani seperti Herakleitos dan
Aristoteles mnejelaskan bahwa perubahan merupakan cirri khas dari realitas apa
saja. Sehingga evolusi merupakan kenyataan dasar dari setiap realitas. Karena
perubahan inilah maka setiap pengetahuan bisa saja kabur karena alam selalu
berubah dan berkembang.
Kedua, objek
pengetahuan kita selalu berkembang kepada regularitas. Yang berarti bahwa
semakin alam berkembang ia semakin terbuka untuk dimengerti. Jadi, tetap ada
harapan akan tercapainya suatu pemahaman yang lebih baik tentang alam semesta,
asalkan penelitian terus dilakukan dari generasi ke generasi.
Dengan adanya
dua aspek ini, maka ilmuwan harus berusaha mendekati alam dengan kesadaran akan
falibilitas atas hasil-hasilnya. Namun falibilisme ini bersifat moderat karena
alam selalu berkembang untuk semakin lama semakin bisa dimengerti.
Dengan demikian,
berkaitan dengan kebenaran empiris, harus dikatakan bahwa semua ilmu
empiris karena mengejar kepastian dalam
dua arti, yaitu (1) kepastian tentang pernyataan yang menjelaskan gejala-gejala
yang diselidiki; (2) kepastian tentang kesimpulan yang ditarik sebagai sutau
hukum yang berlaku umum.
KESIMPULAN:
Falibilisme adalah suatu sikap kritis
terhadap kebenaran ilmu pengetahuan, namun sekaligus juga menganggap bahwa
metode ilmu pengetahuan adalah yang paling dapat dipercaya sebagai sebuah
metode yang dapat menjelaskan suatu pengetahuan secara benar. Alasan adanya falibilisme
ini yaitu disebabkan oleh metode ilmiah yang bersifat tidak pasti dan
dikarenakan objek ilmu pengetahuan yang real ini selalau berubah-ubah. Namun,
sekalipun kita harus mempunyai kesadaSran akan falibilisme ini, kita harus
tetap optimis dan memandang kesalahan ilmu pengetahuan dengan cara yang lebih
moderat. Yakni, sebagai sebuah tantangan untuk terus mencari kebenaran yang
baru. Dengan demikian akan tercipta sutu falibilisme moderat yang akan semakin
membawa kita kepada kebenaran.
sumber :
Keraf, A. Sonny & Mikhael Dua. 2001. Ilmu Pengetahuan Sebuah Tinjauan Filosofis. Yogyakarta: Kanisius
Keraf, A. Sonny & Mikhael Dua. 2001. Ilmu Pengetahuan Sebuah Tinjauan Filosofis. Yogyakarta: Kanisius
Tidak ada komentar:
Posting Komentar