Rabu, 19 November 2014

Review Bab 1 Buku "ILMU PENGETAHUAN SEBUAH TINJAUAN FILOSOFIS"



BAB 1
 Pendahuluan
1.      Apa itu filsafat?
Filsafat pertama-tama adalah sikap: sikap mempertanyakan, sikap bertanya, yaitu mempertanyakan segala sesuatu. Dengan kata lain, filsafat adalah sebuah metode, yaitu cara, kecenderungan, sikap bertanya tentang segala sesuatu. Termasuk dengan mempertanyaka “Apa itu filsafat?” kita sesungguhnya telah berfilsafat. Filsafat dianggap sebagai sesuatu yang bermula dari sebuah pertanyaan dan berakhir dengan pertanyaan. Filsafat adalah sebuah sistem pemikiran atau cara berpikir yang terbuka untuk dipertanyakan dan dipersoalkan kembali. Filsafat – dan ilmu pengetahuan pada umumnya – tidak menerima kebenaran apapun sebagai sesuatu yang telah selesai. Akan selalu ada upaya, sebuah proses, sebuah pencarian, quest, sebuah perburuan tanpa henti akan kebenaran.
Secara etimologis filsafat berarti cinta kebenaran. Dari kata philo yang berarti cinta, dan sophia yang berarti kebenaran. Dengan sikap mencintai kebenaran ini, maka filsafat terus berusaha mencari kebenaran yang sesungguhnya. Dengan sikap mencintai ini, di satu pihak selalu ingin menggenggam dan dekat dengan kebenaran. Namun di pihak lain sekaligus juga ada kecenderungan untuk mempersoalkan kembali kebenaran itu. Dalam filsafat dan ilmu pengetahuan, sikap ini muncul dalam suatu sikap kritis yang ingin meragukan terus kebenaran yang telah ditemukan.
Dapat kita pahami dua hal dari filsafat. Pertama, filsafat dipahami sebagai upaya, proses, metode, cara, dambaan, untuk terus mencari kebenaran. Dambaan ini muncul dalam sikap kritis yang selalu mempersoalkan apa saja untuk sampai pada kebenaran yang paling akhir, yang paling mendalam.
Kedua, filsafat dilihat sebagai upaya untuk memahami konsep atau ide-ide. Dengan bertanya orang lalu berpikir tentang apa yang dipertanyakan. Dengan bertanya orang berusaha menemukan jawaban  atas apa yang dipertanyakan. Maka, muncul idea tau konsep tertentu yang dapat menjawab pertanyaan tadi. Karena filsafat adalah sebuah sikap yang terus mencari kebenaran, maka akan terjadi proses mempertanyakan konsep atau ide yang diajukan atas sebuah pertanyaan, dan terus berulang hingga sampai pada jawaban yang paling final, yang paling mendasar, dianggap paling benar. Tetapi, jawaban yang paling akhir dan yang paling benar itu tidak pernah ditemukan. Sehingga proses bertaya itu akan terus menerus berulang sebagaimana hakikat dari filsafat itu sendiri.
Filsafat mengajak kita untuk mempertanyakan, mempersoalkan, mengkaji, dan mendalami hidup ini dalam segala aspeknya. Sebagaimana dikatan Sokrates, “Hidup yang tidak dikaji tidak layak dihidupi.”
perbedaan sikap bertanya dalam filsafat dengan sikap bertanya dalm semua ilmu lainnya yaitu, dalam filsafat kita mempertanyakan apa saja dari berbagai sudut, khususnya dari sudut yang paling umum dan mendasar menyangkut hakikat, init, pengertian paling dasar. Sedangkan dalam ilmu pengetahuan, yang dipertanyakan hanya satu saja kenyataan yang digeluti oleh ilmu itu dan dipertanyakan dari sudut pandang ilmu yang bersangkutan.
Dibutuhkan orang khusus yang belajar filsafat, karena memang telah hilang kecenderungan berfilsafat dalam diri manusia diakibatkan oleh pembiasaan akan apa yang ada semenjak kecil. Kemudian dalam rangka itulah filsafat tidak lagi sebuah skap belaka, melainkan telah menjadi sebuah ilmu khusus yang perlu dipelajari.
Secara umum filsafat dibedakan menjadi lima cabang, yaitu
1)      Metafisika, ilmu tentang yang ada sebagai ada (berbicara mengenai realitas sebagaimana adanya).
2)      Epistemologi, filsafat ilmu pengetahuan
3)      Etika, filsafat moral yang berbicara mengenai baik buruknya perilaku mnausia.
4)      Logika, berbicara mengenai bagaimana berpikir secara tepat
5)      Estetika, filsafat seni yang berbicara tentang keindahan.

2.      Fenomenologi pengetahuan dan ilmu pengetahuan
Secara metodologis, dalam gejala terbentuknya pengetahuan manusia, dapat dibedakan antara dua kutub berbeda dari gejala pengetahuan manusia itu, yaitu antara subjek dan objek. Supaya bisa terjadi pengetahuan, subjek harus terarah atau mengarahkan diri kepada objek untuk mengenal dan mengetahuinya sebagaimana adanya, dan objek harus terbuka dan terarah kepada subjek untuk dikenal sebagaimana adanya. Pengetahuan adalah peristiwa yang terjadi dalam diri manusia. Maka, manusia sebagai subjek pengetahuan memegang peranan penting. Keterarahan manusia terhadap objek jadinya merupakan faktor yang sangat menentukan bagi munculnya pengetahuan manusia.
Berkat unsure jasmaninya manusa mampu menagkap objek yang ada di sekitarnya karena tubuh manusia adalah bagian dari realitas alam semesta ini. Maka pengetahuan manusia dianggap bersifat temporal, konkret, jasmai-indrawi. Dengan bantuan jiwa atau akal budinya, manusia mampu mengangkat pengetahuan ke tingkat yang lebih tinggi, yaitu ke tingkat abstrak dank arena itu universal. Melalui kemampuan akal budi untuk mengadakan perbandingan, untuk membuat abstraksi, melakukan refleksi, menggali lebih jauh dan lebih mendalam daripada apa yang diketahuinya secara indrawi-jasmani. Pengetahuan manusia tidak hanya berkaitan dengan objek konkret khusus yang dikenalnya melalui pengamatan indranya, melainkan juga melalui itu dimungkinkan untuk sampai pada pengetahuan abstrak tentang berbagai objek lain yang secara teoritis dapat dijangkau oleh akal budi manusia.
Pengetahuan manusia yang bersifat abstrak umum dan universal memungkinkan untuk dirumuskan dan dikomunikasikan dalam bahasa yang bersifat umum dan unviversal untuk bisa dipahami oleh sapa saja dari waktu dan tempat mana saja. Dengan kesadarannya manusia melakukan refleksi terhadap apa yang diketahuinya. Sehingga, pengetahuan yang semula bersifat langsung dan spontan kemudian diaur dan dibakukan secara sistematis sedemikian rupa sehingga isinya dapat dipertaggungjawabkan, atau dapat dikritik dan dibela. Dengan inilah lahir apa yang kita kenal sebagai ilmu pengetahuan.

3.      Filsafat pengetahuan dan filsafat ilmu pengetahuan
Pengetahuan adalah keseluruhan pemikiran, gagasan, ide, konsep, dan pemahaman yang dimiliki manusia tentang dunia dan segala isinya, termasuk mausia dan kehidupannya. Sedangkan ilmu pengetahuan adalah, keseluruhan sistem pengetahuan manusia yang telah dibakukan secara sistematis. Pengetahuan bersifat lebih spontan, sedangkan ilmu pengetahuan bersifat lebih sistematis da reflektif. Pengetahuan jauh lebih luas dari ilmu pengetahuan karen amencakup segala sesuatu yang diketahui manusia. Pengetahuan mencakup penalaran, penjelasan dan pemahaman manusia tentang segala sesuatu. Juga, mencakup praktek atau kemampuan teknis dalam memecahkan berbagai persoalan hidup yang belum dibakukan secara sistematis dan metodis.
Dengan perbedaan ini, maka tidak hanya ada filsafat ilmu pengetahuan, melainkan juga ada filsafat pengetahuan. Filsafat pengetahuan berkaitan dengan upaya mengkaji segala sesuatu yang berkaitan dengan pengetahuan manusia pada umumnya, terutama menyagkut gejala pengetahuan dan sumber pengetahuan manusia. Contohnya, tentang bagaimana manusa bisa tahu? Apakah manusia bisa sampai pada pengetahuan yang bersifat pasti? Apakah pengetahuan yang pasti itu mungkin?
Filsafat ilmu pengetahuan adalah cabang filsafat yang mempersoalkan dan mengkaji segala persoalan yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan. Contohnya, apa itu kebenaran? Apa metode ilmu pengetahuan itu? Manakah metode yang paling bisa diandalkan?
Ilmu pengetahuan dilihat sebagai upaya untuk menjelaskan hubungan antara berbagai hal dan peristiwa dalam alam sesmesta ini secara sistematis dan rasonal. Maka ilmu pengetahuan dipahami sebagai upaya untuk mencari dan menjelaskan secara sistematis dan masuk akal sebab dan akibat dari berbagai peristiwa di alam semesta ini. Melalui ilmu pengetahuan, berbagai peristiwa alam semesta lalu dijelaskan secara lain dalam kerangka teori atau hokum ilmiah yang lebih masuk akal, dan lebih bisa dibuktikan dengan berbagai perangkat metodis yang berkembang kemudian sejalan dengan dengan perkembangan ilmu pengetahuan itu sendiri.

4.      Fokus filsafat ilmu pengetahuan
Fokus filsafat ilmu pengetahuan adalah masalah metode ilmu pengetahuan. Metode-metode ilmu pengetahuan aalah metode-metode yang logis karena ilmu pengetahuan mempraktekan logika. Namun selain logika, temuan-temuan dalam ilmu pengetahuan dimungkinkan oleh keterbukaan budi manusia pada realitas yang disebut imajinasi. Filsafat ilmu pengetahuan membuka pikiran kita untuk mempelajari dnegan serius proses logis dan imajinatif dalam cara kerja ilmu pengetahuan.
Kemudian filsafat ilmu pengetahuan juga mengarah kepada pembicaraan mengenai hubungan antara ilmu pengetahuan dan masyarakat. Implikasi sosial dan etis dari ilmu pengetahuan dengan life-world. Antara ilmu pengetahuan dan politik, bagaimana harus membangun ilmu pengetahuan dalam amsyarakat, dan masalah moral berupa apakah ilmu pengetahuan bebas nilai atau tidak.

5.      Manfaat belajar filsafat ilmu pengetahuan
Pertama, membantu mahasiswa untuk lebih kritis dalam sikap ilmiahnya. Mahasiswa diajak untuk kembali menjadi filsuf dengan tetap kritis terhadap berbagai macam teori da pengetahuan ilmiah yang diperolehnya.
Kuliah ini berguna bagi calon ilmuwan dengan memperkenalkan mereka dengan metode ilmu pengetahuan yang sangat berguna dalam mencari ilmu pengetahuan, khususnya dalam melakukan penelitian ilmiah. Diharapkan mahasiswa dapat dibantu untuk mengembangkan kemampuan analisis ilmiahnya dengan menggunakan metode ilmiah tertentu. Dan diharapkan pula mahasiswa selalu peka dan tanggap terhadao berbagai persoalan di sekitarnya.
Berkaitan dengan itu, kemampuan ilmiah yang perlu dimiliki oleh seorang ilmuwan yaitu:
a)      Mampu melihat sebuah peristiwa (fakta, data, informasi, tindakan, dll) sebagai sebuah masalah ilmiah
b)      Mampu menbuat analisis atas peristiwa tersebut dan kemudian member penjelasan atas peristiwa itu dalam hubungan sebab-akibat dengan peristiwa lainnya
c)      Mampu mengajukan pemecahan atas peristiwa yang menjadi masalah tersebut
d)     Mampu membuat prediksi atau ramalan tentang berbagai kemungkinan yang akan timbul berkaitan dengan peristiwa tersebut serta solusi yang telah diajukan.
Manfaat ketiga, yaitu untuk membantu kerja mahasiswa tersebut kelak di kemudian hari. Karena setiap pekerjaan membutuhkan ilmu pengetahuan demi memecahkan berbagai persoalan yang berkaitan dengan pekerjaan tersebut secara lebih rasonal, tuntas, dan memuaskan. Seorang professional dalam bidang pekerjaannya membutuhkan kemampuan untuk melihat masalah: di mana masalahnya, seberapa masalahnya, apa dampaknya, dan bagaimana mengatasinya.
Keempat, ilmu pengetahuan tidak hanya bersifat purita-elitis, melainkan juga pragmatis. Artinya, ilmu pengetahuan tidak hanya sekedar memuaskan rasa ingin tahu manusia, tetapi juga bermaksud membantu manusia untuk memcahkan berbagai persoalan yang dihadapi manusa dalam hidupnya.


sumber :
Keraf, A. Sonny & Mikhael Dua. 2001. Ilmu Pengetahuan Sebuah Tinjauan Filosofis. Yogyakarta: Kanisius

Tidak ada komentar:

Posting Komentar