Selasa, 18 November 2014

Perspektif Islam dalam Konteks Toleransi Sosial




PERSPEKTIF ISLAM DALAM KONTEKS TOLERANSI SOSIAL
Oleh : Nusrotu Aini Latifah
A.   PENDAHULUAN
Indonesia adalah Negara demokrasi di mana terdapat lebih lebih dari satu agama yang dianut oleh penduduk Indonesia, yakni Islam, Kristen, Katolik, Buddha, Hindu, dan Konghucu. Sekalipun mayoritas penduduk adalah muslim, namun keadaan ini jelas rentan menimbulkan konflik atar umat beragama. Isu-isu yang muncul belakangan ini banyak diantaranya merupakan pertikaian yang diakibatkan oleh perbedaan agama. Tak jarang konflik yang timbul melibatkan kekerasan dan bahkan terorisme.
Bukan hanya itu, Indonesia sebagai Negara demokrasi sendiri juga terdiri dari berbagai macam ras dan etnis yang berbeda-beda, baik dari segi fifiologis maupun budaya. Maka perbedaan kembali menjadi pemicu munculnya konflik sosial yakni pertikaian antar etnis.
Keadaan yang demikian ini menimbulkan kerisauan bagi kita. Apalagi nyata kita dapati konflik sosial yang mengatasnamakan agama, ras, suku, etnis, saling tuding dan membenarkan kelompok masing-masing. Intimidasi terhadap kelompok minoritas, dan aksi-aksi terorisme oleh sekelmpok orang dengan mengatasnamakan jihad di jalan Allah. Dapatkah hal ini dibenarkan? Padahal Islam tidak pernah mengajarkan kekerasan. Islam adalah agama yang penuh kecintaan terhadap kedamaian.
Menanggapi isu tersebut, maka toleransi adalah hal yang mutlak perlu diperhatikan dan diaplikasikan di dalam masyarakat sosial yang berbeda agama ini. Maka selayaknya kita patut mengkaji pandangan Islam dalam konteks toleransi antar umat beragama.

B.   KAJIAN MASALAH
Toleransi berasal dari kata “toleran” (Inggris: tolerance; Arab: tasamuh) yang berarti batas ukur untuk penambahan atau pengurangan yang masih diperbolehkan (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Secara etimologi, toleransi adalah kesabaran, ketahanan emosional, dan kelapangan dada. Sedangkan menurut istilah (terminology), toleransi yaitu bersifat atau bersikap menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan) pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, dsb) yang berbeda dan atau yang bertentangan dengan pendiriannya.
Maka toleransi dapat diartikan sebagai penghormatan dan pengakuan kita terhadap perbedaan-perbedaan yang ada. Bahwasanya Indonesia dipersatukan oleh berbagai macam suku bangsa yang berbeda-beda menjadi satu kesatuan yakni Negara kesatuan Republik Indonesia.
Dan  sikap toleransi antar umat beragama sendiri bukan berarti bhwa kita bebas berpindah-pindah agama dan menganut agama satu sedangkan di saat yang sama kita juga menganut agama yang lain. Bukan berarti pula kita bebas mengikuti ritual peribadatan berbagai macam agama sekaligus tanpa adanya batasan yang mengikat. Akan tetapi, toleransi antar umat beragama berarti kita memberikan pengakuan dan kebebasan bagi pemeluk agama lain untuk mempercayai agama mereka, melaksanakan ritual peribadatan agama masing-masing. Denga kata lain toleransi dalam hal ini berarti menghormati orang lain dalam memeluk agamanya. Jadi, toleransi beragama adalah ialah sikap sabar dan menahan diri untuk tidak mengganggu dan tidak melecehkan agama atau sistem keyakinan dan ibadah penganut agama-agama lain.
1.      Toleransi antar etnis/suku
Dalam perspektif Islam sendiri, terdapat ayat-ayat Al-Qur’an yang memuat tentang toleransi secara implisit. Bahwa sebenarnya Islam juga mengajarkan mengenai toleransi. Diantaranya yaitu Q.S. Al-Hujaraat ayat 13 :
Ayat tersebut di atas dengan sangat gamblang menjelaskan bahwa beragam manusia diciptakan bukan dengan tujuan untuk saling memusnahkan, melainkan untuk saling mengenal satu sama lain. Allah SWT dengan senantiasa mengingatkan akan bergamnya manusia baik dari segi warna kulit, ras, suku bangsa, agama, dll. Bukan untuk menentukan superioritas dan inferioritas diantaranya, melainkan untuk menciptakan kehidupan yang damai dan saling berkesinambungan satu sama lain serta bersimbiosis mutualisme.
Demikian Allah menjelaskan akan pentingnya menjaga hubungan baik dalam keberagaman, maka tidak seharusnya manusia saling bermusuhan dan menuding satu sama lain. Bagainapun juga bukan superioritas dan adu kekuatan yang kita butuhkan, melainkan sikap toleransi dalam kehidupan dan kebersamaan yang saling menghragai. Saling mengenal dan berhubungan baik. Maka jelas tidak dibenarkan jika manusia memicu perang etnis/suku.
Toleransi antar suku/ras ini dapat diwujudkan melalui sikap menerima dan terbuka terhadap perbedaan suku dan etnis yang ada di lingkungan kita. Bertetangga dan berteman dengan etika yang baik dengan mereka dari ras dan etnis yang berbeda, serta sikap tidak mencela dan saling menghormati satu sama lain.
2.      Toleransi antar umat Islam

Islam juga mengajarkan bagi penganut-penganutnya akan pentingnya rasa persaudaraan. Bagaimanpun perbedaan yang ada, kita semua tetaplah satu saudara dalam satu naungan, yaitu Islam.
Allah SWT menjelaskan dalam Q.S. Al-Hujaraat ayat 10 di atas bahwasanya semua orang beriman itu adalah saudara. Sekalipun tidak terkait secara langsung secara silsilah, maka hendaknya pertikaian dan permusuhan itu dihindari.
Sikap toleransi dalam hal ini diwujudkan dalam perselisihan pendapat dengan keluarga, atau kawan seagama. Hendanya perbedaan pendapat tersebut diselesaikan dengan cara musyawarah yang baik sehingga memunculkan suatu kesepakatan. Dan Allah pun memerinthakan bagi kita untuk senantiasa bersilaturrahim dan menjaga hubungan baik sesame muslim.
3.      Toleransi antar umat beragama
Seperti yang secara singkat telah diuraikan di atas bahwa toleransi antar umat beragama bukan berarti kita bebas sebebasnya dalam mencampuradukkan urusan agama, melainkan toleransi ini adalah bentuk pengakuan kita terhada eksistensi agama-agama lain selain Islam.
Seperti pada ayat terakhir surat Al-Kaafiruun di bawah ini.
Ayat keenam dari surat Al-Kaafirun ini menjelaskan bahwa hendaknya agama kita adalah agama untuk kita dan agama mereka adalah agama untuk mereka sendiri, tidak dapat dicampuradukkan dan bergantian atau digabungkan. Hal ini juga menegaskan bahwa teori Transenden Unity of Religion itu tidak dapat dibenarkan karena pada dasarnya setiap agama berbeda-beda. Namun yang demikian ini bukan berarti pula bahwa perbedaan itu adalah alas an bagi kita untuk memicu suatu konflik. Melainkan dengan perbedaan ini hendaknya kita saling menghormati satu sama lain dan member kebebasan bagi umat agama lain untuk memeluk agama mereka secara bebas selama masih dalam batasan undang0undang yang berlaku.
Demikian pula dengan umat Islam sendiri yang diberikan kebebasan untuk mengadakan ritual keagamaan sesuai dengan ajaran Allah. Namun bukan berarti bahwa dengan adanya kebebasan ini membenarkan adanya tindak kekerasan da intimidasi yang mengatasnamakan agama, dengan tudingan bahwa “ajaran itu” adalah sesat dan “ajaran ini” adalah yang paling benar. Sesungguhnya kita sebagai manusia sama-sama memiliki hak dalam berpendapat. Maka tindak kekerasan dan bahkan terorisme itu pada dasarnya bukanlah sesuatu yang diajarkan oleh Islam. Karena Allah sangat mencintai perdamaian dan membenci permusuhan. Dan kita hanya diperbolehkan untuk menyerang apabila kita dalam keadaan bahaya maupun apabila nyata-nyata kelompok agama lain memicu terjadinya perang. Itupun diperbolehkan apaila jalan perundingan memang sudah tidak dapat dilaksanakan.
Kemudian dalam kehidupan sehari-hari, implikasi atas toleransi antar umat beragama ini dapat dilaksanakan dengan cara menghormati dan tidak mengganggu umat agama lain yang sedang beribadah, tidak merusak sarana ibadah agama lain, tidak mencela atau memusuhi umat agama lain.
Kita sebagai umat Islam hendaknya harus mampu mencerminkan perdamaian yang terkandung dalam kata “Islam” itu sendiri. Bukan dengan semena-mena mengintimidasi dan mengganggu kenyamanan orang lain hanya karena kita merasa diri kitalah yang paling benar. Kita boleh bahkan wajib hukumnya mempercayai kebenaran agama Allah ini, namun bukan berarti kita boleh serta merta menghakimi agama-agama lain.
Kepercayaan (agama) adalah mutlak urusan Allah SWT, sedangkan kita sebagai manusia adalah berkewajiban untuk menciptakan keharmonisan dan kerukunan dalam kehidupan sosial. Dengan cara bertoleransi dan saling menghargai akan adanya perbedaan. Bertaqwa kepada Allah dengan menjalankan perintahnya dan menjauhi larangan-larangannya. Maka itulah yang sesungguhnya diajarkan oleh Islam.

C.   SIMPULAN
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Islam adalah agama yang mengajarkan perdamaian. Maka sesungguhnya pertikaian dan permusuhan itu tidaklah dapat dibenarkan. Karena Allah SWT menciptakan manusia dengan suku bangsa yang berbeda-beda bukan untuk bertikai melainkan untuk saling mengenal satu sama lain.
Seperti yang telah diuraikan bahwa toleransi sosial dalam konteks agama bukan berarti mencampuradukkan urusan agama, melainkan adalah sikap saling menghormati, dan memberi pengakuan terhadap agama lain serta memberi kebebasan kepada mereka untuk menjalankan ritual keagamaan mereka.
Demikian dalam menyikapi perbedaan yang ada, baik perbedaan secara fisiologis maupun budaya hendaknya kita tidak melakukan tindakan yang mampu memicu terjadinya konflik, seperti melecehkan dan mengadu domba antar suku/ras. Tidak ada perbedaan yang membedakan superioritas suatu suku bangsa melainkan karena keimanan dan ketaqwaannya kepa Allah SWT.

Smber :
Toleransi Beragama dalam perspektif Al-Quran oleh Abdul Fattah
Dr. M. Quraish Syihab, Wawasan Al-Qur’an Tafsir maudhu’I atas Pelbagai Persoalan Umat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar