BAB VII
METODE INDUKSI
Induksi adalah cara
kerja ilmu pengetahuan yang bertolak dari sejumlah proposisi tunggal atau
particular tertentu untuk menarik kesimpulan umum tertentu. Cara kerja ini
dimulai dengan penelitian untuk mengamati berbagai fenomena dan mengumpulkan
berbagai macam fakta dan data yang kemudian dievaluasi untuk menghasilkan
kesimpulan umum tertentu yang merupakan generalisasi dari fakta dan data atau
proposisi tunggal yang ada yang memperlihatkan kesamaan, keterkaitan, regulitas
di antara fakta yang ada tadi.
Ciri dasar induksi
adalah bahwa induksi selalu tidak lengkap. Karena tidak dapat mencakup semua
data yang relevan dengan jumlahnya yang tak terbatas. Karena itu hasil dari
induksi tidak bersifat mutlak.
1. Induksi
Gaya Bacon
Francis Bacon (1561-1626) adalah orang yang paling
berjasa dalam mengembangkan metode induksi. Bacon mengkritik kaum rasionalis
yang lebih mengandalkan akal budi dalam menemukan kebenaran dan mengesampingkan
peran pengamatan indrawi. Bacon juga mengkritik teologi, yang lebih bertolak
dari proposisi yang tidak bisa diragukan lagi kebenrannya.
Inti dari induksi gaya Bacon adalah bahwa ilmu
pengetahuan harus bermula dari dan dikendalikan oleh pengamatan yang tidak
terpengaruh oleh pengandaian apapun juga. Ilmuwan tulen adalah pengamat sejati
yang menangkap objek sebagaimana adanya.
Tiga hal pokok dari induksi gaya Bacon yaitu,
pertama, ketika mengadaka penelitian ilmiah, ilmuwan harus bebas dari segala
pengandaian. Yang artinya, kita tidak boleh memiliki spekulasi apapun terhadap
objek yang kita amati dengan tujuan untuk mencegah bias ilmiah. Maka dengan ini
kita akan sapai pada kebenaran objektif, yaitu kebenaran yang didukung oleh
fakta dan data sebagaimana adanya.
Kedua, sebisa mungkin memperhatikan fakta dan data
yang bertentangan satu sama lain. Ketiga, setelah proses pengamatan dan
pengumpulan data, selanjutnya fakta dan data tersebut dievaluasi,
diklasifikasikan, dirumuskan, dan disimpulkan sesuai dengan kemampuan ilmuwan
tersebut.
Ada dua manfaat dari induksi gaya Bacon. Pertama,
dengan metode ini ilmuwan benar-benar melihat kenyataan secara objektif, dan
bukan kenyataan sebagaimana dilihat dari kacamata ilmuwan. Kedua, kegiatan
ilmiah tidak jatuh menjadi ideologi. Kegiatan ilmiah berupaya membongkar segala
rumusan baku untuk bisa sampai pada kebenaran sejati, bukan membenarkan idea
tau konsep yang sudah ada.
2. Keberatan
dan Kelemahan Induksi Gaya Bacon
Ada dua keberatan atas induksi Gaya Bacon dan cara
kerja induksi pada umumnya. Pertama, betapapun menariknya metode yang diajukan
Bacon, dalam kenyataannya kita tidak pernah mendekati, meneliti, dan membaca
alam dengan mata telanjang kosong sama sekali. Mengapa? Karena ketika kita
mengamati objek tertentu, sesungguhnya kita telah memiliki asumsi tertentu atas
objek itu. Dan dengan asumsi/konsep teoretis tertentu kita dapat menarik
kesimpulan yang bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Jadi, asumsi teoretis
tetap penting, tetapi kita harus tetap terbuka pada penemuan baru.
Kedua, fakta, data, dan fenomena tidak pernah menampilkan
dirinya kepada kita sebagaimana adanya begitu saja, melainkan harus
ditafsirkan. Spekulasi dan imajinasi aktif dari ilmuwan diperlukan disini.
Dengan demikian, sikap dasar empirisisme dikatakan
berlebihan. Karena tidak cukup hanya mengandalkan pengalaman indrawi saja dalam
menangkap objek atau fakta tertentu, yang juga penting adalah akal budi, dengan
imajinasi dan spekulasinya mampu menangkap fakta dan data tersebut sebagai
sesuatu yang bermakna.
Kelemahan dari induksi adalah bahwa induksi selalu
tidak pernah lengkap. Pertama, tidak lengkap dalam pengertian bahwa kita tidak
pernah sampai mencakup semua fakta dan data yang relevan dan yang seharusnya
tercakup. Kedua, tidak lengkap dalam pengertian bahwa kebenaran kesimpulan
tidak pernah mutlak.
3. Langkah-Langkah
Metode Induksi
a. langkah-langkah
metode induksi murni
1)
Identifikasi
masalah
2)
Pengamatan
dan pengumpulan data
3)
Merumuskan
hipotesis
4)
Tahap
pengujian hipotesis
b. langkah
metode induksi yang telah dimodifikasi
1)
Situasi
masalah
2)
Pengajuan
hipotesis
3)
Penelitian
lapangan
4)
Pengujian
hipotesis
4. Situasi
Masalah
Situasi masalah adalah situasi di mana pengetahuan
yang ada tidak mampu member penjelasan tentang kenyataan yang dihadapi. Hal
yang sangat menentukan keberhasilan penelitian adalah ketepatan dan kejelasan
perumusan masalah, untuk itu perumusan masalah harus dilakukan secara tepat.
Selain perumusan masalah, tujuan penelitian sualtu
masalah ditentukan oleh tujuan penelitian. Ada macam-macam tujuan penelitian,
(1) untuk kepentingan ilmiah murni; (2) sekadar untuk memuaskan rasa ingin tahu
akan hal-hal pelik tertentu tanpa maksud untuk melahirkan teori tertentu; (3)
untuk menyumbangkan pemikiran bagi kebutuhan sosial akan teori tertentu dalam
menjawab permasalahan sosial tertentu, atau yang berkaitan dengan kehidupan
manusia; (4) untuk memperleh teori atau masukan ilmiah yang data digunakan
untuk kepentingan tertentu, misalnya bagi kebijakan pemerintah, bisnis, atau
kepentingan kelompok sosial tertentu.
a. Beberapa
ciri masalah yang baik
Pertama, masalah harus mempunyai nilai untuk
diteliti. Maksudnya, a) masalah tersebut mempunyai arti penting untuk diteliti
baik bagi kepentingan ilmiah maupun bagi kehidupan manusia. b) Masalah terebut
harus bisa diteliti atau dikaji dengan berbagai perangkat penelitian yang ada.
c) Masalah tersebut perlu dirumuskan dalam bentuk pertanyaan yang menarik dan
menantang untuk diteliti.
Kedua, masalah yang diteliti harus feasible, dalam pengertian mempunyai
kemungkinan untuk dipecahkan atau layak untuk diteliti. Ketiga, masalah tersebut
harus sesuai dengan kualifikasi peneliti.
b. Sumber-sumber
masalah
Sumber masalah dapat berasal dari pengamatan atas
berbagai gejala sosial dan alam di sekitar kita. Masalah juga bisa muncul dari
bacaan ilmiah yang kita geluti, atau kombinasi antara bacaan dan pengamatan
atas berbagai fenomena di sekitr kita.
5. Perumusan
dan Pengujian Hipotesis
Hipotesis adalah pernyataan yang berisikan dugaan
sementara mengenai sebab dari sutu masalah tertentu (fakta, peristiwa) yang
dianggap benar untuk dibuktikan kebenarannya lebih lanjut. Dala metode
induksi murni, setelah suatu masalah
dirumuskan, langkah berikutnya adalah merumuskan hipotesis.
Hipotesis memiliki beberapa kegunaan. Pertama, untuk
member batasan serta kerangka penelitian. Kedua, untuk mengarahkan perhatian
peneliti pada gejala, fakta, dan data, dan hubungan di antara berbagai gejala,
fakta, dan data yang ada, yang bermanfaat bagi penelitian. Ketiga, hipotesis
berfungsi sebagai tool of analysis, yang berarti bahwa
hipotesis adalah alat sederhana untuk mengaitkan fakta dan data yang
tercerai-berai tanpa koordinasi ke dalam satu kesatuan yang menyeluruh, yang
memperlihatka keterkaitan di antara fakta. Dan data tersebut.
Yang perlu diperhatikan dalam perumusan hipotesis
adalah hipotesis yang singkat, padat, jelas, dan berjangkauan luas. Selain itu,
hipotesis juga secara empiris harus dapat diuji kebenarannya.
Setelah hipotesis dirumuskan, langkah selanjutnya
adalah pengujian hipotesis. Dalam induksi murni, setelah hipotesis dirumuskan,
selanjutnya kita membuat prediksi atau ramalan tentang berbagai fakta dan data
yang akan ditemukan baik secara hipotesis maupun secara factual. Prediksi
berarti menurunkan berbagai fakta secara logis sebagai konsekuensi logis dari
hipotesis yang benar tadi. Dengan
demikian, terlihat jelas bahwa dalam kenyataannya metode induksi pun
menggunakan cara kerja deduktif, yaitu pada langkah pengujian dan prediksi.
Ketika
implikasi logis itu didukung dan sesuai dengan kenyataan empiris, terlihat
jelas bahwa kebenaran logis dan kebenaran empiris saling mendukung, dan dengan
demikian hipotesis kita semakin kuat sebagai sebuah kebenaran ilmiah yang
bersifat logis dan empiris sekaligus.sumber :
Keraf, A. Sonny & Mikhael Dua. 2001. Ilmu Pengetahuan Sebuah Tinjauan Filosofis. Yogyakarta: Kanisius